- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Nasihat Leonardo Davinci! Jangan Malas, Nanti Kamu Terbiasa
Ini adalah nasihat dari seorang Leonardo Davinci kepada kita semua. Ia mengatakan "hidupmu itu butuh keaktifan oleh karena itu kamu jangan malas. Aku telah lama mengamati orang-orang dan menemukan bahwa ternyata orang-orang yang telah sukses itu. Jarang memiliki kebiasaan hanya duduk dan pasrah atas apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka keluar dan melakukan banyak hal." Jadi ini dapat dijadikan pelajaran untuk kita bahwa tidak boleh malas. Caranya biar nggak malas itu gimana? Sebenarnya tidak ada cara pastinya, pokoknya jangan malas saja. Kalau kamu merasa bahwa saya ini kok malas ya. Sekarang bangkitlah dan paksa dirimu untuk bangkit. Hanya itu dan selalu biasakan dirimu untuk melakukan aktivitas.
Karena manusia itu hidup dengan apa yang ia biasakan. Kalau kamu memiliki kebiasaan santai-santai, kongko-kongko, enak-enakan dan tidak ngapa-ngapain. Ya kamu akan terbiasa dengan hal itu sehingga nanti akan sulit untuk mengubahnya. Maka satu-satunya jalan untuk keluar dari zonamu yaitu kamu harus aktif. Katanya Leonardo da Vinci kan, saya sudah cek sendiri semua orang sukses itu tidak ada yang meraih suksesnya hanya dengan diam dan pasrah.
Mungkin ada yang beralasan "Tapi saya ingin sukses di bidang sufi ya!, yang kerjanya cuma pasrah dan rela" misalnya. Loh kamu kira para sufi-sufi itu terus diam saja?. Tidak, mereka mengejar Tuhannya dan mengejar anugerah serta ridho-Nya. Mereka justru jarang tidur, siang hingga malam hari diisinya dengan ibadah.
Jika kamu memiliki sebuah cita-cita, kamu tak akan sukses kalau kamu hanya duduk dan pasrah saja. Kamu harus aktif dan rumus keaktifan itu jangan dibayangkan kayak dalam pelajaran dikelas bahwa 1 + 1 = 2. Keaktifan itu adalah upaya kita untuk bergerak tanpa memikirkan hasilnya. Karena kadang-kadang karena terlau banyak mikir tentang hasil akan muncul rasa pesimis ini kan terus. Kamu bilang "saya kejar bagaimanapun tak rasa-rasanya tak mungkin". Itu karena kamu bergantung pada amalmu, bergantung pada tindakanmu. Jangan seperti itu, karena bergantung itu hanya pada Allah.
Kamu harus bekerja dan terus bertindak, karena sunnatullahmu sebagai manusia. Untuk hasilnya bagaimana? itu urusannya Allah, itu tidak perlu dipikir. Jadi, jangan salah identifikasi karena tugasmu cuma satu yaitu bergerak.
Sering saya ilustrasikan dengan ceritanya Nabi Ismail dan ibunya. Sewaktu Nabi Ismail bayi dia ditinggal berdua dengan ibunya di Mekkah. Mereka kesusahan untuk mencari air. Sampai ibunya lari-lari dari Shofa ke Marwa bolak-balik sebanyak 7 kali. Pada akhirnya mereka juga dapat air dari yang muncul dari kakinya Ismail yang menjejak tanah.
Secara logika seharusnya yang menemukan air ialah ibunya Ismail, karena ibunyalah yang lari-lari dan bertindak. Tetapi, justru air muncul dari bawah kaki Ismail yang hanya menjejak tanah. Kalau pakai logika kita, itu tidak masuk di akal. Dalam kehidupan ini juga bisa kayak begitu, kita yang kerjanya banting tulang, kerja siang dan malam. Namun, malah hasil kerja keras kita tidak langsung dikasi ke kita, tapi bisa jadi diberikan melalui istri, anak, dan keluarga kita.
Naah itulah logika kerja dan hasilnya. Makanya yang kamu fokuskan adalah aktif saja, kerja saja dan nggak usah mikir kamu nanti akan dapat apa. Karena kalau kamu mikir dan menentukan target, kadang-kadang hasilnya malah kecewa. Dan pastikan yang kamu lakukan itu baik, bermanfaat serta produktif. Nanti selanjutnya biar Allah dan sunnatullah-Nya yang bekerja.
Selanjutnya Leonardo da Vinci juga mengatakan, "Aku pernah terkesan dengan pentingnya tindakan, ternyata mengetahui saja tidak cukup. Kita harus menjalankan karena perasan ingin saja itu tidak cukup, kita harus bertindak." Tetapi kan ada juga yang bilang kita harus berani bermimpi dan berani berharap. Iya itu juga betul, tapi kalau cuma mimpi dan harapan saja tidak akan cukup. Kalau kamu hanya punya mimpi dan harapan, tapi tidak ada aktivitas dan pergerakan untuk mewujudkannya. Ya sudah mimpimu tadi tidak akan jadi kenyataan. Untuk membuat mimpi jadi kenyataan itu kamu harus bangun dan bertindak agar mimpimu tercapai.
Meskipun pada awalnya semuanya diawali dari mimpi, tapi jangan hanya bermimpi. Terus nanti kamu bilang "Hidup ini kan diawali dari mimpi, oleh karena itu saya ingin tidur saja deh", tidak seperti itu. Agar mimpi bisa menjadi kenyataan, kamu harus bangun. Seenak-enaknya sukses dalam mimpi, jauh lebih nikmat bila dibandingkan dengan sukses dalam kenyataan.
Misalnya, kamu punya gebetan dan kamu hanya terus membayang-bayangkan dia, memimpi-mimpikan dia. Itu tidak luar biasa, nikmat yang kamu rasakan hanya nikmat dalam khayalan. Kalau ingin senang beneran ya kamu harus tembak beneran. Ini hanya logika sederhananya supaya mudah dipahami. Jangan cuma membayangkan dia, kamu harus memilikinya sebelum diambil oleh yang lain.
Leonardo Da Vinci juga menganalogikan, "Besi berkarat karena tidak dipakai, air yang diam akan kehilangan kejernihannya dan dalam suhu rendah dia akan beku". Demikian juga dengan ketidakaktifan yang nantinya akan melemahkan pikiran. Makanya kita harus merentangkan diri kita sampai batas akhir kemungkinan. Kalau kurang dari itu berarti kamu dosa, baik dosa pada Tuhan maupun pada manusia. Itu maksudnya apa? wujudkan potensimu dan gunakan fasilitas kekuatan daya yang telah diberikan oleh Allah 100% semaksimal mungkin.
Kalau tidak, berarti kamu berdosa, kenapa? karena Allah telah memberi anugrah, tapi kita sia-siakan. Allah memberimu mata, memberimu akal, memberimu tenaga dan kekuatan. Dengan fasilitas tersebut yang diberikan oleh Allah, maka manfaatkan semaksimal mungkin. Gunakan untuk kebaikan pada cita-cita mulia yang kamu miliki. Kalau ada yang tidak kamu gunakan atau kamu gunakan hanya setengah-setengahnya saja. Katanya Leonardo itu berarti kamu sedang berdosa. Pertama dosa pada Allah karena menyia-nyiakan anugrah-Nya. Dan yang kedua berdosa pada manusia yang lain, karena seharusnya kamu bisa memberi manfaat besar pada sesama tapi tidak mampu, karena kamu malas. Itu pesannya Leonardo da Vinci.
Comments
Post a Comment