Aristoteles : Jangan Jadi Liars (Pembohong) dan Anti Kritik - Ngaji Filsafat | Dr. Fahruddin Faiz

Jangan Jadi Liars (Pembohong) dan Anti Kritik



Aristoteles bilang "To avoid critism say nothing, do nothing and be nothing." Ini sebenarnya quote yang menyinggung dan  menyindir kita semua. Kadang-kadang kita ini anti kritik, makanya dia bilang "to avoid criticism" kalau kamu ingin menghindari kritiknya orang "say nothing" enggak usah ngomong apa-apa. "Do nothing" enggak usah melakukan apa-apa, "be nothing" tidak usah jadi apa-apa. Ini sindirannya Aristoteles pada kita dan juga termasuk pada para leader. Sehingga kita jangan alergi dengan yang namanya kritik.

Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa kita itu manusia. Manusia itu tidak sempurna yang pasti punya kelemahan-kelemahan, pasti punya kekurangan-kekurangan. Bukalah telinga kita, bukalah pikiran kita. Kalau ada kritik-kritik yang masuk, posisikan kritik itu sebagai jalan untuk perbaikan ke depan. Tidak masalah orang mengkritik kita, jangan jadi orang yang anti kritik. Kalau tidak mau dikritik katanya Aristoteles kamu enggak usah ngomong apa-apa, enggak usah melakukan apa-apa  dan enggak usah jadi apa-apa. 

Manusia yang tidak melakukan apa-apa, barulah dia tidak akan dikritik oleh orang lain. Karena yang mau dikritik apanya? ngomong aja nggak, melakukan apa-apa juga enggak,  menjadi apa-apa juga enggak.  Mala bersiaplah untuk selalu menerima kritik, enggak apa-apa orang selalu mengkritik kita. Kalau ada yang mengkritik berarti orang itu peduli dengan kita. Kecuali memang kita sama sekali tidak mau dikritik, ya berarti tidak usah ngomong apa-apa dan enggak usah melakukan apa-apa serta tidak usah jadi apa-apa. 

Selama kita tidak melakukan apa-apa, tidak ngomong apa-apa dan tidak jadi apa-apa. Barulah tidak akan ada yang mengkritik kita. Tapi pemimpin kan nggak mungkin melakukan begitu (diam saja), Masa sih pemimpin nggak ngomong apa-apa, masa sih pemimpin tidak melakukan apapun, atau masa sih pemimpin nggak mewujudkan apa-apa. Bagaimanapun pasti dia akan bertemu dengan yang namanya kritisisme. Oleh karena itu, kita tidak boleh alergi dengan kritik. Jadikan kritik tersebut sebagai jalan untuk kebaikan dan perbaikan ke depan atau sebagai jalan untuk naik kelas (menjadi lebih baik). 

Bahkan seandainya jika tidak ada sama sekali orang yang mau mengkritisi,  mungkin berarti karena mereka takut untuk melakukan kritik, atau karena media untuk mengkritik tidak ada. Jika tidak ada yang mengkritik kita harus siap-siap untuk mengkritisi diri-sendiri (self criticism). Itu yang disebut dalam Islam sebagai muhasabah. "Aku ini sudah baik apa belum ya?" atau "Aku ini menyakiti orang apa enggak sih?", "Aku ini menyusahkan orang apa nggak sih?." Itulah yang namanya "self criticism" mengkritisi diri sendiri yang dalam agama disebut muhasabah diri.

Kemudian kita masuk tentang pembohong. Kata Aristoteles "Liars, when they speak the truth are not believed." Para pembohong itu, saat mereka mengucapkan kebenaran maka tidak akan dipercaya. Jadi seorang pemimpin harus punya prinsip jujur dan jangan jadi liars (pembohong). Kapan seseorang dapat disebut sebagai liars?. Orang dikatakan sebagai pembohong itu, ketika orang tersebut membiasakan diri untuk berbohong dan bolak-balik melakukan kebohongan. Maka meskipun nanti dia ngomong kebenaran, orang lain tidak akan percaya.

Jika ada seorang pemimpin yang tidak dipercaya, mungkin karena dia seorang liars. Dia telah bolak-balik menyampaikan atau mengucapkan kebohongan. Sehingga begitu dia ngomong kebenaran, orang menganggapnya  sebagai suatu kebohongan. Jadi hati-hati untuk para pemimpin, ucapkanlah hanya hal-hal yang benar dan baik saja. Jangan sering-sering berbohong, karena ketika kita bohong nanti orang jadi apatis dan tidak percaya sama kita. Nanti kita digelari "Ah itu liars."

Kita itu kan tergantung apa yang kita biasakan. Kalau kita biasakan diri untuk bohong, maka yang akan terbentuk adalah karakter pembohong. Kalau sudah jadi pembohong nanti meskipun kita ngomongnya benar, ya orang lain nggak percaya. Sebagai contoh, pada cerita di Upin Ipin, Ketika ada seorang penggembala yang menjaga kambingnya. Terus suatu ketika dia merasa sepi, pengen bikin rame. Kemudian untuk bikin ramai dia berteriak  "Waah ada serigala." Orang sekampungpun kemudian datang, ada yang membawa cangkul, bawa celurit dan bawa senjata untuk membunuh serigala tadi. Tapi ternyata begitu sampai, nggak ada seriagala.

Kemudian penggembala bilang "saya cuma iseng aja, daripada sepi". Waah betapa marahnya orang-orang karena telah dibohongi. Dua tiga kali si pengembala mengulangi hal tersebut, karena dia pengen rame-rame. Pada suatu ketika serigala beneran datang, dia teriak-teriak "Ada serigala" namun nggak ada yang datang. Kenapa?  karena sebelumnya orang-orang telah dibohongi. Sekarang  akhirnya sudah nggak mau datang. Nah Ketika ada serigala beneran, kambingnya habis dimakan oleh serigala. Jadi ini cerita mengajarkan kita untuk jangan jadi liars (para pembohong).

Kesimpulannya, kita harus hati-hati, jangan membiasakan diri untuk bohong. Jangan sampai karena kebiasaannya berbohong, nanti akan sampai pada titik meskipun ngomong benar orang-orang tidak akan percaya.

#ngajifilsafat # fahruddinfauz # aristitoteles #pembohong#antikritik


Comments