“Hai Abu Nawas! Jadilah orang terhormat, baik dan
sabar.” Tiga kalimat ini gabungan yang bagus: orang terhormat, baik dan sabar. Terhormat
itu berkaitan tentang kualifikasi sosial, baik itu kualifikasi individual dan sabar
itu tentang hubungan dengan yang lain. Banyak orang yang terhormat dan baik tapi
tidak sabaran. Banyak orang yang sabar dan baik tapi tidak terhormat. Banyak
orang terhormat tapi tidak baik. Macam-macam kombinasi yang ada, namun kalau
bisa ikuti nasihat dari Abu Nawas, jadilah orang yang terhormat, baik dan
sabar.
Dalam kisahnya, Abu Nawas ini sedang memarahi dirinya
sendiri, beliau bilang “Waktu telah merusakmu dengan harta dan keinginan hanya demi kesenangan. Hai pendosa
besar! ampunan Allah itu lebih besar daripada dosamu. Sebesar-besarnya sesuatu
masih lebih kecil dibandingkan dengan ampunan Allah yang paling kecil.” Kalimat ini untuk menasihati dirinya sendiri untuk
segera bertaubat, yaitu tobat yang beneran (nasuha). Taubat yang beneran itu berarti
tidak diulang dan berjanji untuk tidak diulang lagi. Jadi, hal pertama-tama yang
dilakukan adalah memarahi diri sendiri untuk segera mau bergerak bertobat, lalu
menyesali apa yang telah dilakukan sebelumnya serta berjanji tidak mengulanginya
lagi di masa depan. Dan hal ini kelihatan sangat mudah tapi berat. Kalau istighfar
sih iya, cuma istighfar kita akan sering istighfar formalitas.
Namun, Istighfar Abu nawas ini adalah istighfar yang beneran
karena beliau merasa dosanya sangat banyak. Kalau yang sering kita lakukan adalah
istighfar yang enteng (sekedar dimulut) karena kita merasa enggak banyak dosa. Tapi
jangan salah, Abu Nawas juga sebelumnya merasa enggak banyak dosa. Dia merasa
kalau dia mabuk, kalau dia hura-hura ya memang sudah seharusnya begitu. Hidup
sekali mau apa? kan logikanya begitu. Jadi orang itu ketika ada di wilayah ketika
dia salah biasanya dia nda merasa salah. Maka butuh momen-momen kesadaran bahwa
aku ini banyak salah.
Kalau ingin istighfarmu mantap kamu harus sadar bahwa
kamu banyak kelirunya, banyak salahnya. Cuma kesadaran bahwa aku salah ini sering
tertutup oleh kesadaranmu bahwa kamu itu enggak terlalu banyak salah. Setiap
orang lebih dominan merasa bahwa aku ini sudah dijalan yang benar.
Jadi kesadaran yang timbul dalam diri bukan kesadaran bahwa
aku ini banyak salah dan sering melakukan kesalahan. Tapi biasanya yang muncul
dalam hidup kita adalah kesadaran bahwa aku ini sudah benar. Itu yang
mungkin membuat istighfar kita enggak terlalu mantep, hanya sekedar formalitas
saja. Dan pada akhirnya taubatnya pun bukan tobat yang serius. Nah kita diajari
oleh Abu Nawas, ayo nasehati dirimu sendiri. Kalau kamu nunggu dinasehati oleh
orang lain ya takkan nyampe-nyampe. Nasehat yang paling bagus adalah nasihat
yang berasal dari dirinya sendiri yaitu kesadaran.
Comments
Post a Comment