Ngaji Filafat : Menasihati Tanpa Melukai Perasaan - Dr. Fahruddin Faiz

Menasihati Tanpa Melukai Perasaan



Ada sebuah cerita tentang Imam Ahmad bin Hambal, yang disampaikan oleh seorang muridnya yang bernama Harun bin Abdullah Al-Baghdadi.  Harun bin Abdullah ini menceritakan bahwa pada suatu ketika pada saat larut malam, tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Keadaan waktu itu sudah sepi karena sudah larut malam, kemudian "aku bertanya siapakah gerangan?". Dibalik pintu terdengar suara lirih yang sangat pelan dengan menjawab, Ahmad.  Aku menyelidiki lagi "Ahmad yang mana?" karena nama Ahmadkan mestinya  banyak.  

Jadi Syaikh Harun ini bertanya lagi ahmad yang mana, tak lama kemudian terdenar bisikan suara lagi, "Ibnu Hambal". Syaikh harun kemduain tersentak kaget, Subhanallah itu guruku. Syaikh Harun cepat-cepat membukakan pintu dan mempersilakan Imam Ahmad masuk. Tetapi Imam Ahmad ini masuk dengan langkah yang berjingkat-jingkat nan pelan. Kemudian beliau dipersilahkan duduk dan  juga duduknya pelan-pelan, dengan penuh kehati-hatian agar kursinya tidak bunyi. 

Baru kemudian Syaihk Harun bertanya lagi "Wahai guru ada urusan penting apa sehingga mengunjungiku selarut malam ini?.  Beliau tersenyum kemudian berkata "Maafkan aku wahai Harun" kata beliau denga lembut dan pelan. Dan melanjutkan "Aku tahu bahwa engkau masih terjaga kalau malam seperti ini untuk meneliti hadis. Di waktu semacam ini kuberanikan diri untuk datang, karena ada yang ada mengganjal di hatiku sejak siang tadi" Jadi Imam Ahmad ini paham kebiasaan Syaikh Harun, kalau jam jam segini masih sibuk belajar. Makanya Imam Ahmad ini datang pelan-pelan karena ada yang mengganjal, yang ingin segera disampaikan. 

Syaikh Harun kaget, "Apakah yang ingin disampaikan itu tentang saya guru. Sampaikanlah jangan ragu-ragu aku akan dengarkan". Barulah Imam Ahmad menyampaikan nasehat nya, "Maaf wahai Harun tadi siang aku lihat engkau sedang mengajar murid-muridmu. Engkau membaca hadis untuk mereka catat, tetapi aku lihat saat itu para murid-muridmu ini ada yang tersengat oleh teriknya matahari. Sedangkan engkau teduh dinaungi oleh bayangan pepohonan, lain kali jangan begitu. Kamu duduklah dalam keadaan yang sama sebagaimana muridmu duduk."

Jadi Imam Ahmad ini mengingatkan, bahwa tadi siang ia melihat saat Syaikh Harun mengajar  dalam keadaan yang teduh dinaungi pepohonan. Sementara banyak muridnya yang tersengat oleh matahari. Lain kali jangan begitu, kalau memang murid-muridmu kepanasan. kamu juga harus bergabung bersama mereka.  Setelah itu Imam Ahmad terus pamit, pamitnya pun juga pelan-pelan dan terjingkat jingkat. Pada saat menutup pintu juga sangat pelan-pelan. 

Syaikh Harun ini sangat takjub sehingga beliau menangis, karena melihat ada gurunya akhlaqnya yang sangat indah. Kata Syaikh Harun, beliau sebenarnya bisa saja menegurku di depan para murid, toh murid-murid juga tahu bahwa beliau adalah guruku dan memang berhak untuk itu. Akan tetapi, tidak dilakukannya untuk menjaga wibawaku. Dan beliau juga bisa saja datang pada waktu sore hari setelah maghrib atau setelah isya. Kan itu lebih mudah, tapi itu tidak dilakukannya demi menjaga rahasia.

Dari nasehat-nasehatnya, beliau sangat hafal kebiasaanku, yaitu masih terjaga hingga larut malam. Beliau datang mengendap-endap dan pelan-pelan. Bicaranya pun lembut dan tidak keras, semuanya itu dilakukan agar keluargaku tidak tahu. Agar aku yang adalah seorang ayah dan suami, tetap terjaga kehormatannya sebagai imam dan teladan di tengah keluargaku. 

Jadi ini adalah contoh bagaimana adabnya seorang guru kepada murid. Ketika ingin mengingatkan atau menasihati saja dilakukan dengan cara yang paling tersembunyi dan paling halus. Dan yang paling tidak menyinggung perasaan. Ini di antara contoh yang mungkin  bisa kita teladani dari seorang Imam Ahmad. 

Jadi ya silakan kita serap sendiri dari cerita tadi. Kita sinkronkan dengan kelakuan kita sendiri selama ini. Semoga kisah tadi tidak kita pakai untuk menuding orang yang cara menasihatinya tidak seperti itu. Kita jadikan bahan instropeksi diri saja, bukan bahan untuk menyalahkan atau menjatuhkan orang lain.

Meskipun kita tahu hari ini banyak orang saling menasihatinya dengan cara tak baik. Yaitu dengan membongkar aibnya secara terbuka lewat medsos-medsos. Semoga kita tidak tergolong yang seperti itu, kalau memang kita merasa bertanggungjawab untuk meluruskan ataupun menasihati. Cobalah kita ambil jalan yang lembut, jalan yang sebagaimana ditempuh oleh Imam Ahmad tadi.


#ngajifilsafat #imam Ahmad #filsafat islam

Comments

Post a Comment