Hikmah Dari Budak Pemerah Susu Kerajaan - Sonny Abi Kim

Memurnikan Ibadah


Bismillahirrohmanirrohim

Ada seorang hamba sahaya yang menerima perintah dari seorang raja untuk mengambilkan segelas susu sapi yang diperah dari ternak milik kerajaan.

Lalu si hamba itu sangat patuh dan segera melaksanakan perintah sang raja. Ia pun akhirnya membawakan segelas susu dari hasil perahannya kepada sang raja. Tapi sang raja melihat ada sedikit kotoran yang menempel di dalam susu itu.

Maka raja itu pun menolak pemberian susu itu, dan kembali menyuruh si budak tadi untuk kembali memerah susu dari ternak kerajaan. kemudian hamba itu pun datang lagi dengan membawa segelas susu yang baru lagi.

Namun, sayangnya ada bulu yang menempel di susu itu. Kemudian raja pun menolaknya lagi, lalu hamba itu kembali lagi memerah dan membawakannya susu yang baru. Tapi kali ini sang raja melihat susu itu masih sedikit kotor karena terdapat debu didalamnya.

Dan begitu seterusnya, sampai akhirnya hamba tersebut berhasil membawa segelas susu yang murni untuk sang raja tanpa sedikit pun tersentuh kotoran. Akhirnya raja pun menerimanya dan raja merasa senang dengan kerja hamba sahayanya itu.

Lalu sang raja memberikann tempat yang baik kepada si budak di kerajaan itu. Sejatinya manusia adalah hamba dan Allah adalah raja di atas segala raja. Allah itu hanya menerima ibadah yang dipersembahkan dengan murni hanya untuk-Nya.

Selayaknya susu sapi yang murni, yang keluar dari di perut sapi tanpa tersentuh sedikitpun darah maupun kotoran. Dan perumpamaan ini disebutkan dalam Quran surat an-nahl ayat 66. Betapa uniknya perut sapi karena Ia menampung susu sekaligus kotoran dan darah di dalamnya.

Tapi Masya Allah hebatnya, tidak pernah sekalipun ada susu yang menetes tercampur dengan darah dan kotoran. Padahal susu itu mengalir di antara batasan tipis dengan kotorannya, itulah susu. Dan ikhlas itu layaknya susu yang murni. Begitu kata para ulama dalam banyak kitab.

Hati dan jiwa yang ikhlas itu, murni hanya mengharap ridhonya Allah dan tidak pernah menjadikan dunia dan pujian sebagai tujuan. Karena hati yang ikhlas itu, telah menceraikan dunia. Dia beribadah bukan untuk sekeping dunia, dan hati yang ikhlas juga sudah menceraikan pandangan manusia.


Karena Ridho manusia itu tidak layak untuk diperebutkan. Keikhlasan kita harusnya semurni susu yang bersih dari darah dan kotoran. Dan tidak pamrih pada dunia serta tidak berharap untaian indah dari pujian manusia. 


Sahabat-sahabat sekalian


Dari cerita imajiner tadi, diketahui bahwa seorang budak itu akan terus berupaya membersihkan susu dari segala kotoran untuk dipersembahkan kepada sang raja. Begitu pula kita sebagai seorang hamba yang sudah semestinya berupaya untuk terus membersihkan ibadah kita.


Dan membersihkan penghambaan kita dari unsur-unsur syirik, ria maupun unsur pengotor lainnya. Agar ibadah kita betul-betul murni hanya untuk Allah semata. Usahakan ibadah kita sudah bersih dari kotoran walaupun setipis bulu dan debu.


Apa jadinya bila si budak tadi berhenti bekerja, ataupun tidak sungguh-sungguh memberikan yang terbaik bagi sang raja. Boleh jadi sang raja akan marah, lalu ia pun diusir dan sang raja tidak ingin melihatnya lagi.


Jangan sampai saat nanti kita pulang menghadap Allah. Dia tidak berkenan melihat kita dan mencampakkan kita. Naudzubillah "Hamba berlindung kepada-Mu ya Rabb, semoga kita dijadikan sebagai hamba-hamba Allah yang sungguh-sungguh dalam mencari ikhlas. Serta terus-menerus mengupayakan kemurnian dalam setiap aktivitas.


Sonny Abi Kim 




Comments